Lintas – Timur.com – Tempat Ibadah apa pun agamanya, adalah sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan yang Maha Esa, serta sarana untuk mempersatukan umat.
Pernyataan ini di sampaikan Bupati Maluku Tenggara Muhamad Thaher Hanubun dalam sambutanya pada saat penutupan atap Gereja Jemaat baru di Ohoi Wab Ngufar 12/7/23
Penutupan atap Gereja Ohoi Wab Ngufar turut hadir Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Malra, Ketua Klasis jemaat dan majelis GPM pulau kei kecil beserta para pendeta, dan pimpinan OPD, lingkup Pemda Malra.
Thaher tegaskan, sebagai orang yang beradat, momentum tutup atap rumah maupun tempat ibadah tidak lepas dari ritual tradisional atau adat pengatapan oleh orang Kei yang telah dilakukan sejak jaman dulu dan tetap hidup sampai saat ini.
Proses tutup atap gedung Gereja baru bagi Jemaat Wab Ngufar pada hari ini merupakan bukti betapa Ohoi Wab masih memegang teguh tradisi yang hidup dan berkembang serta masih dilestarikan sebagai suatu kekayaan yang positif, terang Thaher
Dibalik kegiatan hari ini, terdapat makna yang terkandung dalam budaya Kei yaitu kebersamaan, persaudaraan dan solidaritas karena makna tersebut sangat positif ketika orang-orang merasa bertanggung jawab atas bangunan ini dan turut membenamkan diri dalam persaudaraan guna menyelesaikan bangunan ini.
Kata Thaher, Adat, Agama dan Pemerintah adalah 3 tungku yaang menopang kehidupan masyarakat Evav, ketiga unsur ini dapat memberikan jaminan keselarasan yang tentunya harus dilaksanakan secara bersungguh-sungguh.
Harapannya dana hibah yang diberikan pemerintah daerah dapat dimanfaatkan secara benar dan bijak, jangan sampai biaya kerja melebihi jumlah ongkos material dan pada akhirnya pemanfaatan dana tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Thaher berharap agar panitia dapat mempertanggungjawabkan Dana Hibah secara baik dan tepat waktu agar dapat menghindari pemeriksaan yang seharusnya tidak perlu jika hal ini dilakukan secara benar. (Yani)